Jumat, 12 April 2013

iseng nulis "Tanpa Judul"


Pukul 17.00. Ryn duduk sendirian diatas rumput hijau di sebuah taman yang sepi. Seragam putih abu – abunya masih melekat ditubuhnya.Sorot matanya mengarah kedepan namun pandangan matanya kosong.Hidungnya terlihat sedikit memerah.Ia pun menggigit bibir bawahnya.Tiba – tiba tetesan air turun dari langit, semakin lama semakin deras, namun Ryn tetap enggan beranjak dari posisinya duduk saat ini. Ia membiarkan tubuhnya dibasahi air hujan yang turun saat ini, membiarkan air hujan menyatu dengan air matanya yang tak bisa berhenti mengalir.Bayangan orang itu kembali menghinggapi otak Ryn.Seseorang yang sangat Ryn sayangi, seseorang yang sangat mengerti diri Ryn sendiri, seseorang yang dapat memahami diri Ryn, bahkan disaat Ryn sendiri belum mampu mengerti dan memahami dirinya sendiri.Seseorang yang selalu berada di pihak Ryn, seseorang yang selalu mendukung semua keputusan Ryn.Namun itu semua anggapan Ryn tentang orang itu, sebelum orang itu mengatakan kata – kata yang sangat di benci Ryn.Saat ini Ryn sudah sangat membenci orang itu.ODA nama orang itu.
|     |     |
Ryn berjalan menyusuri jalan kota ini yang cukup padat.Sesekali ia melirik ponselnya untuk memastikan bahwa dirinya belum terlambat untuk menemui seseorang saat ini.Sesampainya disebuah taman yang sepi Ryn melihat sesosok pria yang tengah duduk santai sambil memandangi kamera miliknya.Kedatangan Ryn disadari pria itu.Ia tersenyum kearah Ryn dan melambaikan tangannya kearah Ryn.Ryn pun menghampiri pria itu tanpa enggan, kemudian segera ikut duduk di samping pria itu.
“Maaf terlambat”Seru Ryn pelan tanpa berani menatap wajah pria itu, yang saat ini tengah memandangi  wajah Ryn sambil tersenyum.
“Gak apa – apa kok, lagian selama nungguin kamu kesini aku udah memotret beberapa object dari sini, kamu mau liat ?”Jawab pria itu sambil menyerahkan kameranya yang dibawa sedari tadi.Ryn meraih kamera itu dan melihat karya pria itu.
“Kamu berbakat jadi fotografer,aku suka karya – karya kamu”Sahut Ryn,pria itu hanya tertawa kecil.Ryn kemudian mengembalikan kamera milik pria itu.
Seketika suasana menjadi hening,pria itu kembali asyik dengan kamera miliknya dan Ryn hanya tetap diam sambil sesekali melirik pria itu.Ryn menarik nafasnya dan mulai mengumpulkan keberaniannya untuk menanyakan sesuatu mengenai pria disampingnya.Seketika itu juga memory yang berada di otaknya mulai memutar kejadian 2 hari yang lalu.
Ryn duduk sendirian di taman ini sambil menangis, ia memilih tempat ini karena ia yakin di tempat ini merupakan taman yang jarang dikunjungi orang karena memang di pinggiran – pinggiran taman terdapat ilalang yang tumbuh dan menghalangi orang – orang sekitar untuk melihat taman ini.Dengan begitu ia dapat mencurahkan semua perasaan pedih di hatinya tanpa harus ada orang yang tau.
“Percaya enggak seorang wanita pasti akan terlihat lebih cantik kalau sedang tersenyum atau tertawa..” Tiba – tiba seorang pria yang membawa sebuah kamera sudah berdiri di depan Ryn.Ryn terkejut bukan main dan segera berdiri untuk pergi dari tempat itu.”Kamu gak percaya sama aku ?” Lanjut pria itu sambil tersenyum ramah.
Ryn menatap pria itu,lalu dengan sembarangan Ryn mengahapus air matanya menggunakan telapak tangannya.Namun pria itu justru memberi sapu tangan miliknya kepada Ryn.Ryn menerimanya dan mengahapus air matanya menggunakan sapu tangan pemberian pria itu.”Emmbbb...terimakasih” Bisik Ryn tanpa berani menatap wajah pria itu.
“Kamu tetap gak percaya sama kata – kata aku barusan ?” Tanya pria itu lagi.
“…tentang..apa..?” Tanya Ryn ragu – ragu.
“Kamu pasti terlihat lebih cantik ketika tersenyum dan tertawa”Lanjut pria itu, sambil mengarahkan kameranya kearah wajah Ryn,namun Ryn justru memalingkan wajahnya.
“Entahlah, aku gak tau”Jawab Ryn,ia meremas sapu tangan pemberian pria itu ketika cahaya dari kamera itu mengarah pada diri Ryn.
“Liat deh”Seru pria itu sambil menyerahkan kamera miliknya ke Ryn dan Ryn menerima kamera itu dan memandangi gambar dirinya yang sedang menangis.Benar kata pria itu, dia benar benar terlihat buruk.Ryn mengembalikan kamera itu kepada pemiliknya.
“Kamu percaya kan sama aku, jadi kenapa harus menangis ketika kamu sendiri masih bisa tersenyum dan tertawa” Seru Pria itu, kemudian mengajak Ryn duduk di sebelahnya.
“Kamu gak tau apa – apa”Jawab Ryn singkat.
“Haha,aku juga gak mau tau kok alasan kamu nangis, aku Cuma pengen ngeliat orang senyum dan tertawa gak lebih dari itu”Ryn menatap pria itu dengan tatapan benci.”Kamu tau kalau kamu bisa melupakan semua hal yang membuat kamu menangis,dan kamu yakin kalau senyum kamu itu bisa menerangi hati mu, aku yakin kamu gak akan terlihat seperti ini” Tambah pria itu sambil menunjukan gambar diri Ryn yang sedang menangis tadi.
“Kamu…kamu gak tau perasaan aku..seperti…”Ryn mencoba menatap wajah pria di sampingnya yang kini terlihat sibuk membersihkan lensa pada kameranya. “Sudahlah…lupakan saja, aku pergi” Lanjut Ryn.Ia merasa pria itu tak memperhatikannya.
Ryn berdiri dari posisi duduknya dan berniat meninggalkan taman itu, namun pria itu menahan Ryn.Ryn menatap wajah pria itu bingung. “Kalau kamu mau, kamu bisa menceritakan masalah kamu besok di sini, pada waktu yang sama..” Seru Pria itu, kemudian pria itu melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Ryn.Ryn hanya terdiam dan ia pun berlari kecil meninggalkan Pria itu sendirian.

|     |     |
Hari berikutnya,tepat sore hari Ryn sudah duduk sendirian diatas rumput hijau di taman yang sama ketika ia kemarin menagis sendirian di tempat itu.Ia teringat kata – kata pria yang kemarin.Entahlah kenapa ia menuruti kata – kata pria itu, untuk kembali ke taman itu.Sebegitu ampuhnya kata – kata pria itu sehingga Ryn benar – benar kembali ke tempat itu, untuk menemui pria itu kembali.
“Wahh sepertinya aku terlambat,hehehe” Tiba – tiba sebuah suara yang tak asing bagi Ryn mengagetkan diri Ryn.Ryn melihat,seorang pria yang mengenakan t-shirt berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja kotak – kotak dan celana jeans sambil membawa tas ransel besar serta kamera tersenyum ramah ke arahnya.
Dengan ragu Ryn membalas senyuman pria itu.Pria itu kemudian mengarahkan kameranya ke arah Ryn,cahaya dari kamera itu membuat mata Ryn silau.Pria itu kemudian memandangi hasil jepretannya dan ia tersenyum, memperlihatkan lesung pipi di kedua pipinya. “Lihat, kamu terlihat jauh lebih cantik !!” Teriak pria itu sambil menyodorkan kamera miliknya.
Ryn meraih kamera itu dan ia ikut tersenyum, “Kamu benar !!” Ryn segera mengembalikan kamera milik pria itu ketika pria itu sudah duduk di sampingnya.
“Ok !!Kalau kamu mau Kamu bisa cerita sekarang !!” Seru pria itu sambil menatap wajah Ryn lekat lekat.
Ryn segera teringat tujuan ia datang ketempat ini.Ia hanya terdiam sesaat untuk mengumpulkan segenap keberaniannya untuk menceritakan luka di hatinya, luka yang menurut Ryn tak ada obatnya.Namun entah kenapa,Ryn percaya bahwa pria yang tengah duduk di sampingnya saat ini merupakan obat yang telah dikirimkan Tuhan untuk menyembuhkan luka dihatinya.
“Kamu ragu ??” Tanya pria itu, saat melihat wajah Ryn yang sendu.Ryn menoleh kearah pria itu dan menatap wajah pria itu kemudian ia menggeleng pelan lalu tersenyum simpul.
Ryn menghempuskan nafasnya pelan, kemudian ia mulai membuka mulutnya.Ia mulai menceritakan kepedihan hatinya.Ryn benar – benar menceritakan semuanya.Tentang kedua orang tuanya yang selalu bertengkar setiap malam, tentang teman – temannya yang selalu menganggap dirinya aneh dan selalu datang disaat mereka membutuhkannya saja dan kembali menjauhi Ryn dan kembali menganggap dirinya aneh, tentang guru – gurunya yang selalu menuntut Ryn menjadi juara olimpiade matematika dan sains, tentang opanya yang selalu membebani Ryn agar menjadi seorang violist terkenal seperti opanya, tentang kakaknya yang selalu saja menyobongkan dirinya karena ia mampu melanjutkan kuliahnya di Jepang dan menyangsikan bahwa Ryn tidak dapat mengikuti jejaknya, tentang diri Ryn sendiri yang tidak bisa menolak untuk melakukan semua hal yang di perintahkan orang – orang terdekatnya, dan keinginannya menjadi seorang penulis yang menurutnya tak akan pernah menjadi kenyataan.Semuanya mengalir begitu saja dari mulut Ryn, dan pria di sampingnya hanya tersenyum sambil terus menatap Ryn yang terus bercerita.
“Aku muak dengan hidupku, aku muak dengan semua hal yang menyangkut diriku, kenapa sepertinya aku memang tak pantas untuk mendapatkan apa yang memang benar – benar aku harapkan, seakan akan aku memang tak pantas untuk memilih, semua orang mengatur hidupku, mencemoohku bila aku gagal dan kembali padaku ketika mereka membutuhkanku..” Ryn mengakhiri ceritanya, ia menghapus air matanya yang kembali menetes.
Pria di sampingnya tetap tersenyum dan memberikan sapu tangannya pada Ryn, Ryn menerimanya dan segera menghapus air matanya.
“Kamu tau, sebenarnya semua hal yang kamu ceritakan tadi, tak akan pernah terjadi apabila kamu berani mengikuti kata hati kamu, dan mungkin kamu harus belajar berkata TIDAK apabila orang menyuruhmu melakukan hal yang tidak sesuai dengan hati mu, yaaa mungkin kamu terlalu takut untuk melakukannya ?? Benar tidak ??” Seru Pria itu tanpa ragu.
Ryn terdiam, ia mencoba mencermati kata – kata pria itu, kemudian ia menatap wajah pria itu yang terus memandangi Ryn.Ryn mengangguk.Apa yang dikatakan pria itu benar, ia memang terlalu takut untuk berkata TIDAK pada orang – orang yang terus memintanya melakukan hal – hal yang tidak di inginkannya.
“Kamu benar, aku memang harus belajar berkata tidak, kamu hebat !!”Puji Ryn tulus. Pria itu akhirnya tertawa lepas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar